Mengenali plagiat dan bagaimana menghindarinya

Menulis adalah salah satu aktivitas yang rutin dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas perkuliahan. Aktivitas ini melibatkan berbagai keterampilan menulis mulai dari membuat catatan dari pustaka yang dibaca hingga menuangkan ide-ide dari bahan bacaan ke tulisan yang akan diserahkan ke dosen. Masalah sering muncul utamanya saat mahasiswa mulai mengembangkan tulisan berdasarkan informasi yang telah dibaca. Salah satu masalah yang sering muncul adalah plagiat. Apa itu plagiat?  Berdasarkan Permendiknas Nomor 17 tahun 2010, plagiat adalah “perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai” Singkatnya, plagiat dapat dimaknai dengan menggunakan ide atau pendapat orang lain di dalam suatu karya ilmiah tanpa pengutipan yang benar dan atau pengakuan atas sumber ide atau pendapat yang digunakan.

Lantas, seperti apa plagiat itu dalam contoh nyatanya? Mari kita perhatikan dua contoh tulisan berikut ini. 

Tulisan sumber (dikutip dari artikel jurnal Biodiversitas Vol. 9 No. 4, hal 315, tahun 2008): Pada perbatasan hutan mangrove dengan rawa air tawar tumbuh Nypa fruticans (Odum, 1971; Sukardjo, 1985; Tomlison, 1986). Pada masa kini pola zonasi tersebut jarang ditemukan karena tingginya laju konversi habitat mangrove menjadi tambak, penebangan hutan, sedimentasi/reklamasi, dan pencemaran lingkungan (Walsh, 1974; Lewis, 1990; Nybakken, 1993; Primavera, 1993).

Tulisan plagiat: Pada perbatasan hutan mangrove dengan rawa air tawar tumbuh Nypa fruticans (Odum, 1971; Sukardjo, 1985; Tomlison, 1986). Pada masa kini pola zonasi tersebut jarang ditemukan karena tingginya laju konversi habitat mangrove menjadi tambak, penebangan hutan, sedimentasi/reklamasi, dan pencemaran lingkungan (Walsh, 1974; Lewis, 1990; Nybakken, 1993; Primavera, 1993)

Mengapa tulisan yang ke-2 tergolong plagiat? Pada tulisan tersebut kita bisa perhatikan bahwa penulis hanya menyalin utuh keseluruhan kalimat dari sumber bacaan meskipun juga mencatumkan sumber tulisan. Selain contoh plagiat di atas, sebenarnya masih terdapat beberapa bentuk plagiat lainnya. Silahkan merujuk ke Buku “Strategi Hindari Plagiarisme” terbitan Gramedia tahun 2015 untuk mengenali lebih jauh bentuk-bentuk plagiat.

Lantas bagaimana caranya menghindari plagiat. Pertama, sebelum mulai menulis suatu topik, telusuri pustaka yang akan digunakan. Selanjutnya, buatlah catatan dengan bahasa sendiri terkait ide atau pendapat dari pustaka yang telah dikumpulkan. Berikutnya, kembangkan catatan sehingga dapat menjadi satu atau lebih kalimat/paragraf. Penulisan kembali ide atau opini dari sumber pustaka dengan bahasa sendiri namun tidak merubah substansi ide atau pendapat sumber yang dirujuk dikenal dengan istilah parafrase. Selain dengan parafrase, kita juga dapat menggunakan kutipan langsung dari sumber pustaka dengan membubuhkan tanda petik dua untuk teks yang disalin serta mencantumkan sumber pustakanya baik di dalam tulisan maupun di dalam daftar pustaka. (IL)

© Jurusan Biologi FMIPA Untan

PROGRAM STUDI BIOLOGI | UNIVERSITAS TANJUNGPURA